ANALISIS GAMBAR
Dalam psikologi
perkembangan, dinyatakan bahwa pada rentang kehidupan manusia khususnya anak
ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa peka. Hal ini
dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “A childre who does not draw
is an anomaly, and particulary so in the years between 6 an 10, which is
outstandingly the golden age of creative expression”.
Pada masa peka
atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang dimilikinya berfungsi
secara maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda. Secara umum, masa peka
menggambar ada pada masa 5 tahun, sedangkan masa peka perkembangan ingatan
logis pada umur 12 dan 13 tahun (Muharam dan Sundaryati, 1991: 33).
Ada dua cara untuk memahami perkembangan
seni rupa anak-anak. Pertama, mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan
perkembangan senirupa anak menurut para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji
karya anak secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya
anak berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita
pelajari.
Kegiatan mengamati atau menganalisis
karya anak rentang usia 3, 4, 7, dan 9 tahun. Menurut teori perkembangan Viktor
Lowenfeld dan Lambert Brittain (1970) dalam: Creative and Mental Growth, sebagai berikut :
Ket.
Gambar anak usia 4 tahun
Ket.
Gambar anak usia 7 tahun
Ket.
Gambar anak usia 3 tahun
Ket.
Gambar anak usia 9 tahun
Menurut
konsep perkembangan yang dikemukakan oleh Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain gambar diatas
masuk kedalam masa prabagan (Pre Schematic Period). Usia anak
pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas awal.
Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa
gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada
bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang
menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris
untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih
berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa
saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya.
Seperti yang terlihat pada gambar
anak usia 3 tahun. Pada gambar tersebut dapat kita analisis menurut teori yang
dikemukakan oleh Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1970). Terlihat bahwa
gambar yang dihasilkan anak tidak beraturan. Dia menggambarkan manusia hanya
dengan lingkaran yang diisi mata, tangan serta kaki. Kemudian penggambaran
bunga yang masih belum menyerupai bentuk aslinya serta gambar monster. Gambar
tersebut menunjukkan bahwa konsep perkembangan anak yang dikemukakan oleh
Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain emang benar. Meskipun pada awalnya anak
tersebut bingung dan menanyakan ingin menggambar apa, namun setelah diarahkan
dan diberikan contoh terlihat bahwa anak tersebut menyukai dan menikmati
kegiatan menggambar. Begitu juga dengan gambar pada anak usia 4 tahun.
Sedangkan pada gambar anak umur 7
tahun ditemukan pola yang sama seperti gambar-gambar anak Indonesia pada
umumnya. Terdapat penggambaran gunung kembar awan, matahari, burung, dll. Kedua
gambar tesebut menunjukkan pola Masa Bagan (Schematic Period). Konsep
bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih
tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di
kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah
ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran
ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line).
Pemahaman warna sudah mulai disadari.
Warna biru langit berbeda dengan biru air laut. Penguasan konsep ruang mulai
dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan
pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya
warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai
dikenal pada periode ini. Terlihat pada gambar anak usia 7 tahun tersebut juga
sudah mulai dipengaruhi oleh faktor lingkungan rumahnya yang masih asri,
terdapat gunung serta taman di depan rumahnya.
Selanjutnya, untuk gambar anak usia 9
tahun ditemukan pola menjiplak atau meniru dari objek yang dia lihat. Dia
menggambarkan bunga dan daun seperti desain yang ada pada bajunya. Tetapi dia
masih belum menganal proporsi dan komposisi. Dimana gambar yang dihasilkan
masih tidak beraturan penempatannya. Ada yang di tempatkan di pinggir kertas,
dan ada yang digambarkan terbalik. Bahkan penggambaran bunganya terlihat
digambarkan sepotong saja sesuai dengan apa yang dia lihat pada desain bajunya.
Terlihat jelas bahwa anak tersebut meniru gambar yang dia lihat pada bajunya.
Perkembangan pada anak memang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak bisa kita pungkiri mengingan
masa pertumbuhan anak dipengaruhi juga oleh faktro lingkungan, keluarga,
ppembawaan, makanan serta asupan gizi, dan lain sebagainya. Namun pada umumnya
sebagian anak mengalami pola perkembangan yang sama sesuai yang dikemukakan
oleh para ahli. Dengan menganalisis gambar anak kita bisa mengetahui apakah
anak tersebut tergolong dalam anak yang kreatif atau justru mengalami
kekurangan.
Pustaka
Bandi Sobandi. Mengenal Periodisasi
Perkembangan Seni Rupa Anak, tersedia pada
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/197206131999031-BANDI_SOBANDI/MENGENAL_PERKEMBANGAN_SENI_RUPA_ANAK-ANAK_(Materi).pdf
Diunduh
pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.45 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar