UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEGAWAI
Peningkatan kualitas
sumber daya pegawai menjadi sangat urgen dan perlu dilakukan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme. Sasaran dari pengembangan kualitas sumber daya pegawai adalah
untuk meningkatkan kinerja operasional pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan. Selain itu, kualitas sumberdaya pegawai yang tinggi akan bermuara
pada lahirnya komitmen yang kuat dalam penyelesaian tugas-tugas rutin sesuai
tanggung jawab dan fungsinya masing-masing secara lebih efisien, efektif, dan
produktif.
Salah satu metode
pengembangan pegawai adalah pendidikan. Siagian (1991:79) menyatakan bahwa
:”Pendidikan sebagai keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar
dalam mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya”. Selanjutnya Purwono (1982:76)
mengemukakan bahwa : “manusia itu belajar untuk
berpikir sendiri dan mendorong perkembangan dasar yang ada padanya”.
Upaya untuk meningkatkan
kualitas pegawai dalam hal ini yaitu guru adalah dengan cara melakukan
pelatihan. Pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan
keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang
individu (Sinamora, 2004). Dengan adanya pelatihan sebagai bagian pengembangan
pegawai, maka organisasi dapat meningkatkan hasil-hasil kerja karyawan
(kinerja) guna peningkatan produktivitas karyawan. Diklat terkait dengan
peningkatan keterampilan pegawai.
Menurut Cherrington
(1995:358), dikatakan bahwa metode dalam pelatihan dibagi menjadi dua yaitu on
the job training dan off the job training. On the job training lebih banyak
digunakan dibandingkan dengan off the job training. Hal ini disebabkan karena
metode on the job training lebih berfokus pada peningkatan produktivitas secara
cepat. Sedangkan metode off the job training lebih cenderung berfokus pada
perkembangan dan pendidikan jangka panjang.
On The Job Training
dibagi menjadi 6 macam yaitu:
1. Job instruction
training pelatihan ini memerlukan analisa kinerja pekerjaan secara teliti.
Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan pekerjaan, dan
menunjukan langkah-langkah pelaksanan pekerjaan.
2. Apprenticeship pelatihan
ini mengarah pada proses penerimaan karyawan baru, yang bekerja bersama dan
dibawah bimbingan praktisi yang ahli untuk beberapa waktu tertentu. Keefektifan
pelatihan ini tergantung pada kemampuan praktisi yang ahli dalam mengawasi
proses pelatihan.
3. Internship dan
assistantships pelatihan ini hampir sama dengan pelatihan apprenliceship hanya
saja pelatihan ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut pendidikan
formal yang lebih tinggi. Contoh internship training adalah cooperalive
education project, maksudnya
adalah pelatihan bagi pelajar yang menerima pendidikan formal di sekolah yang bekerja di suatu perusahan dan diperlakukan sama seperti karyawan dalam perusahaan tetapi tetap dibawah pengawasan praktisi yang ahli.
adalah pelatihan bagi pelajar yang menerima pendidikan formal di sekolah yang bekerja di suatu perusahan dan diperlakukan sama seperti karyawan dalam perusahaan tetapi tetap dibawah pengawasan praktisi yang ahli.
4. Job rotation dan
transfer adalah proses belajar yang biasanya untuk mengisi kekosongan dalam
manajemen dan teknikal. Dalam pelatihan ini terdapat 2 kerugian yahu: peserta
pelatihan hanya merasa dipekerjakan sementara dan tidak mempunyai komitmen
untuk terlibat dalam pekerjaan dengan sungguh-sungguh, yang kedua, banyak waktu
yang terbuang untuk memberi orientasi pada perserta terhadap kondisi pekerjaan
yang baru. Tetapi pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu: jika pelatihan
ini diberikan oleh manajer yang ahli maka peserta akan memperoleh tambahan
pengetahuan mengenai peiaksanaan dan praktek dalam pekerjaan.
5. Junior boards dan
committee assingments alternatif pelatihan dengan memindahkan perserta
pelatihan kedalam komite untuk bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan
administrasi. Dan juga menempatkan perserta dalam anggota eksekutif agar
memperoleh kesempatan dalam bennteraksi dengan eksekutif yang lain.
6. Couching dan
counseling pelatihan ini merupakan aktifitas yang menharapkan timbal balik
dalam penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara berlahan
bagaimana melakukan pekerjaan secara tepat.
Sedangkan Off the job training
dibagi menjadi 13 macam:
1. Vestibule training:
pelatihan dimana dilakukan ditempat tersendiri yang dikondisikan seperti tempat
aslinya. Pelatihan ini digunakan untuk mengajarkan keahlian kerja yang khusus.
2. Lecture: merupakan
pelatihan dimana menyampaikan berbagai macam informasi kepada sejumlah besar
orang pada waktu bersamaan.
3. Independent
self-study: pelatihan yang mengharapkan peserta untuk melatih diri sendiri
misalnya dengan membaca buku, majalah profesional, mengambil kursus pada
universitas lokal dan mengikuti pertemuan profesional.
4. Visual presentations:
pelatihan dengan mengunakan televisi, film, video, atau persentasi dengan
menggunakan slide.
5. Conferences dan
discusion: pelatihan ini biasa digunakan untuk pelatihan pengambilan keputusan
dimana peserta dapat belajar satu dengan yang Iainnya.
6. Teleconferencing:
pelatihan dengan menggunakan satelit, dimana pelatih dan perseta dimungkinkan
untuk berada di tempat yang berbeda.
7. Case studies:
pelatihan yang digunakan dalam kelas bisnis, dimana peserta dituntut untuk
menemukan prinsip-prinsip dasar dengan menganalisa masalah yang ada.
8. Role playing:
pelatihan dimana peserta dikondisikan pada suatu permasalahan tertentu, peserta
harus dapat menyelesaikan permasalahan dimana peserta seolah-olah terlibat
langsung.
9. Simulation: pelatihan
yang menciptakan kondisi belajar yang sangat sesuai atau mirip dengan kondisi
pekerjaan, pelatihan ini digunakan untuk belajar secara teknikal dan motor
skill.
10. Programmed
instruction: merupakan aplikasi prinsip dalam kondisi operasional, biasanya
menggunakan computer.
Computer-based training:
merupakan program pelatihan yang diharapkan mempunyai hubungan interaktif
antara komputer dan peserta, dimana peserta diminta untuk merespon secara langsung
selama proses belajar.
12. Laboratory training:
pelatihan ini terdiri dari kelompok-kelompok diskusi yang tak beraturan dimana
peserta diminta untuk mengungkapkan perasaan mereka terhadap satu dengan yang
lain. Tujuan pelatihan ini adalah menciptakan kewaspadaan dan meningkatkan
sensitivitas terhadap perilaku dan perasaan orang lain maupun dalam kelompok.
13. Programmed group
excercise: pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekena sama dalam memecahkan
suatu permasalahan.
Pegawai Negen Sipil
(PNS) sebagai unsur utama Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Negara mempunyai
peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Sosok PNS yang mampu memainkan peran tersebut adalah PNS yang
mempunyai kompetensi yang diindikasikan dan sikap dan perilakunya yang penuh
dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Negara, bermoral, dan bermental baik,
profesional, sadar akan tanggungjawabnya sebagai pelayan publik, serta mampu
menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk dapat membentuk sosok PNS
seperti tersebut di atas, pertu Pelatihan (Diklat) yang mengarah kepada upaya
peningkatkan : sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat, bangsa, negara, dan tanah air; kompetensi teknis, manajerial, dan
atau kepemimpinannya dan efisiensi, efektifitas, dan kualitas pelaksanaan tugas
yang dilakukan dengan semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan
kerja organisasinya.
Daftar Pustaka
Sismorning, Belinda,
dkk. 2011. Pengembangan Pegawai pada
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar :
Unhas tersedia pada http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/241
diakses tanggal 23 Oktober 2015 pukul 19.55 WITA
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2010/11/pelatihan-tenaga-kerja-definisi-tujuan_11.html
diakses pada tanggal 23 Oktober 2015 pukul 20.11 WITA
http://www.researchgate.net/publication/42348663_Pengaruh_Program_Pendidikan_dan_Pelatihan_Terhadap_Kemampuan_Administrasi_Pegawai_Negeri_Sipil_%28Studi_pada_Pelaksanaan_DIKLATPIM_III_Bagi_Pejabat_Eselon_III_di_Lingkungan_Pemerintah_Propinsi_Sumatera_Utara%29
diakses pada tanggal 23 Oktober 2015 pukul 20.50 WITA