Selasa, 27 Oktober 2015

PROFESI KEPENDIDIKAN (Tugas 7)


UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEGAWAI

Peningkatan kualitas sumber daya pegawai menjadi sangat urgen dan perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan profesionalisme. Sasaran dari pengembangan kualitas sumber daya pegawai adalah untuk meningkatkan kinerja operasional pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Selain itu, kualitas sumberdaya pegawai yang tinggi akan bermuara pada lahirnya komitmen yang kuat dalam penyelesaian tugas-tugas rutin sesuai tanggung jawab dan fungsinya masing-masing secara lebih efisien, efektif, dan produktif.

Salah satu metode pengembangan pegawai adalah pendidikan. Siagian (1991:79) menyatakan bahwa :”Pendidikan sebagai keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar dalam mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya”. Selanjutnya Purwono (1982:76) mengemukakan bahwa : “manusia itu belajar untuk berpikir sendiri dan mendorong perkembangan dasar yang ada padanya”.

Upaya untuk meningkatkan kualitas pegawai dalam hal ini yaitu guru adalah dengan cara melakukan pelatihan. Pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu (Sinamora, 2004). Dengan adanya pelatihan sebagai bagian pengembangan pegawai, maka organisasi dapat meningkatkan hasil-hasil kerja karyawan (kinerja) guna peningkatan produktivitas karyawan. Diklat terkait dengan peningkatan keterampilan pegawai.

Menurut Cherrington (1995:358), dikatakan bahwa metode dalam pelatihan dibagi menjadi dua yaitu on the job training dan off the job training. On the job training lebih banyak digunakan dibandingkan dengan off the job training. Hal ini disebabkan karena metode on the job training lebih berfokus pada peningkatan produktivitas secara cepat. Sedangkan metode off the job training lebih cenderung berfokus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.

On The Job Training dibagi menjadi 6 macam yaitu:
1. Job instruction training pelatihan ini memerlukan analisa kinerja pekerjaan secara teliti. Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan pekerjaan, dan menunjukan langkah-langkah pelaksanan pekerjaan.

2. Apprenticeship pelatihan ini mengarah pada proses penerimaan karyawan baru, yang bekerja bersama dan dibawah bimbingan praktisi yang ahli untuk beberapa waktu tertentu. Keefektifan pelatihan ini tergantung pada kemampuan praktisi yang ahli dalam mengawasi proses pelatihan.

3. Internship dan assistantships pelatihan ini hampir sama dengan pelatihan apprenliceship hanya saja pelatihan ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut pendidikan formal yang lebih tinggi. Contoh internship training adalah cooperalive education project, maksudnya
adalah pelatihan bagi pelajar yang menerima pendidikan formal di sekolah yang bekerja di suatu perusahan dan diperlakukan sama seperti karyawan dalam perusahaan tetapi tetap dibawah pengawasan praktisi yang ahli.

4. Job rotation dan transfer adalah proses belajar yang biasanya untuk mengisi kekosongan dalam manajemen dan teknikal. Dalam pelatihan ini terdapat 2 kerugian yahu: peserta pelatihan hanya merasa dipekerjakan sementara dan tidak mempunyai komitmen untuk terlibat dalam pekerjaan dengan sungguh-sungguh, yang kedua, banyak waktu yang terbuang untuk memberi orientasi pada perserta terhadap kondisi pekerjaan yang baru. Tetapi pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu: jika pelatihan ini diberikan oleh manajer yang ahli maka peserta akan memperoleh tambahan pengetahuan mengenai peiaksanaan dan praktek dalam pekerjaan.

5. Junior boards dan committee assingments alternatif pelatihan dengan memindahkan perserta pelatihan kedalam komite untuk bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan administrasi. Dan juga menempatkan perserta dalam anggota eksekutif agar memperoleh kesempatan dalam bennteraksi dengan eksekutif yang lain.

6. Couching dan counseling pelatihan ini merupakan aktifitas yang menharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara berlahan bagaimana melakukan pekerjaan secara tepat.

Sedangkan Off the job training dibagi menjadi 13 macam:

1. Vestibule training: pelatihan dimana dilakukan ditempat tersendiri yang dikondisikan seperti tempat aslinya. Pelatihan ini digunakan untuk mengajarkan keahlian kerja yang khusus.

2. Lecture: merupakan pelatihan dimana menyampaikan berbagai macam informasi kepada sejumlah besar orang pada waktu bersamaan.

3. Independent self-study: pelatihan yang mengharapkan peserta untuk melatih diri sendiri misalnya dengan membaca buku, majalah profesional, mengambil kursus pada universitas lokal dan mengikuti pertemuan profesional.

4. Visual presentations: pelatihan dengan mengunakan televisi, film, video, atau persentasi dengan menggunakan slide.

5. Conferences dan discusion: pelatihan ini biasa digunakan untuk pelatihan pengambilan keputusan dimana peserta dapat belajar satu dengan yang Iainnya.

6. Teleconferencing: pelatihan dengan menggunakan satelit, dimana pelatih dan perseta dimungkinkan untuk berada di tempat yang berbeda.

7. Case studies: pelatihan yang digunakan dalam kelas bisnis, dimana peserta dituntut untuk menemukan prinsip-prinsip dasar dengan menganalisa masalah yang ada.

8. Role playing: pelatihan dimana peserta dikondisikan pada suatu permasalahan tertentu, peserta harus dapat menyelesaikan permasalahan dimana peserta seolah-olah terlibat langsung.

9. Simulation: pelatihan yang menciptakan kondisi belajar yang sangat sesuai atau mirip dengan kondisi pekerjaan, pelatihan ini digunakan untuk belajar secara teknikal dan motor skill.

10. Programmed instruction: merupakan aplikasi prinsip dalam kondisi operasional, biasanya menggunakan computer.
Computer-based training: merupakan program pelatihan yang diharapkan mempunyai hubungan interaktif antara komputer dan peserta, dimana peserta diminta untuk merespon secara langsung selama proses belajar.

12. Laboratory training: pelatihan ini terdiri dari kelompok-kelompok diskusi yang tak beraturan dimana peserta diminta untuk mengungkapkan perasaan mereka terhadap satu dengan yang lain. Tujuan pelatihan ini adalah menciptakan kewaspadaan dan meningkatkan sensitivitas terhadap perilaku dan perasaan orang lain maupun dalam kelompok.

13. Programmed group excercise: pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekena sama dalam memecahkan suatu permasalahan.

Pegawai Negen Sipil (PNS) sebagai unsur utama Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Negara mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sosok PNS yang mampu memainkan peran tersebut adalah PNS yang mempunyai kompetensi yang diindikasikan dan sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Negara, bermoral, dan bermental baik, profesional, sadar akan tanggungjawabnya sebagai pelayan publik, serta mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk dapat membentuk sosok PNS seperti tersebut di atas, pertu Pelatihan (Diklat) yang mengarah kepada upaya peningkatkan : sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa, negara, dan tanah air; kompetensi teknis, manajerial, dan atau kepemimpinannya dan efisiensi, efektifitas, dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja organisasinya.

Daftar Pustaka
Sismorning, Belinda, dkk. 2011. Pengembangan Pegawai pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar : Unhas tersedia pada http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/241 diakses tanggal 23 Oktober 2015 pukul 19.55  WITA



PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (Tugas 9)



Pada postingan saya kali ini, saya akan mencoba membahas dan menganalisis gambar anak usia 5 tahun yang termasuk kedalam masa prabagan. Dimana salah satu gambar anak tersebut memiliki keterbelakangan fisik yaitu tidak bisa berbicara dan mendengar yang bersekolah di SLB B Negeri Singaraja - Bali, yang didapatkan oleh teman saya dengan cara menyuruh dia untuk menggambar langsung.

Gambar 1. Rian (6-7 tahun)


Anak ini memiliki keterbelakngan fisik yaitu tidak bisa mendengar dan berbicara. Pada karyanya, sepertinya dia menggambarkan ogoh-ogoh yang lengkap dengan tangan serta kakinya. Saya tidak bisa memastikan bahwa gambar tersebut adalah gambar ogoh-ogoh karena teman saya kesulitan untuk berkomunikasi dengannya. Tetapi dilihat dari hasil gambarnya, dia menggambarkan kaki yang disambung menggunakan garis dengan balok dibawahnya yang menyerupai ogoh-ogoh. Kemudian dia menggambarkan mahkota diatas kepala ogoh-ogoh tersebut. Pada balok yang berada dibawah kaki ogoh-ogoh, dia menulis angka dan huruf yaitu 2 A 3 4 3, dimana anak tersebut mungkin sedang belajar menulis angka. Dari gambar tersebut saya bisa menyimpulkan bahwa anak ini termasuk ceria dan aktif walaupun dengan keadaannya yang tidak sempurna. Hal ini dibuktikan dengan pola gambarnya yang tidak kalah kreatif dengan anak-anak normal seumurannya serta penggambaran ogoh-ogoh yang sedang tersenyum menunjukkan bahwa anak ini mungkin menyukai kegiatan yang berkaitan dengan ogoh-ogoh. Pada gambar anak ini juga dapat dilihat bahwa anak tersebut belum mendapatkan pengaruh dari orang dewasa. Hal ini dibuktikan dengan penggambaran wajah yang hanya terdapat mata dan mulut saja. Kemudian pola penggambaran wajah yang biasanya kita temukan pada anak umumnya adalah dengan menggambarkan wajah yang bulat namun berbeda dengan gambar anak ini. Dia menggambarkan wajah dengan lempeng dan menyerupai segienam. Pada penggambaran kaki dan tanganpun dapat dilihat bahwa anak tersebut belum mendapat pengaruh dari orang dewasa. Pada gambar tangan dan kaki, jumlah kaki dan tangan hanya 3 saja.
Dari analisis gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak usia prabagan yang terjadi pada anak yang berketerbelakangan maupun yang tidak, hampir memiliki kesamaan. Sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Viktor Lowenfeld bahwa pada masa prabagan., kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya. Kemungkinan besar karena anak tersebut memiliki sifat yang ceria sehingga tidak membuat anak ini merasa minder dan dilihat dari karyanya bahwa anak ini memiliki kreativitas yang menyamai anak-anak normal seusianya.
                                                                                     
Pustaka
Bandi Soebandi. Mengenal Periodisaisi Perkembangan Seni Rupa Anak  tersedia pada /file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/197206131999031-BANDI_SOBANDI/MENGENAL_PERKEMBANGAN_SENI_RUPA_ANAK-ANAK_(Materi).pdf diunduh pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.45 WITA

Minggu, 18 Oktober 2015

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (Tugas 8)



Kegiatan menggambar merupakan salah satu media untuk mengembangkan kreativitas anak. Bagi sebagaian anak yang menyukai kegiatan menggambar melakukan kegiatan menggambar sama halnya dengan bermain. Mereka akan merasa senang dan tanpa sadar akan menghasilkan beberapa gambar sekaligus. Pada postingan saya kali ini, saya akan membahas beberapa gambar yang dikumpulkan oleh teman-teman saya dari beberapa klasifikasi umur yaitu umur 2,5 tahun, 6 tahun dan 9 tahun. 

Gambar 1. Karin (2,5 tahun)
                                                                 Sumber. Dok. Pribadi

Menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1970) dalam: Creative and Mental Growth usia 2-3 tahun termasuk dalam masa mencoreng. Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1970) menyatakan kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan morotik kasar. Kemudian, pada perkembangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar. 

Pada gambar ini goresan yang dihasilkan si anak masih bebas yaitu kebanyakan Karin menggores dengan arah vertikal dan horizontal sehingga menghasilkan goresan bebas dan bertumpuk. Warna yang digunakan pun beragam. Anak-anak pada masa ini memiliki jiwa bebas dan ceria. Mereka sangat menyenangi warna-warna yang cerah misalnya dari crayon. Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada penguasaan teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi.

Garis-garis yang dihasilkan oleh anak tersebut merupakan bentuk bunga yang ia gambarkan dengan arah vertical maupun horizontal. Terlihat bahwa anak tersebut memang masih belum mendapatkan pengaruh dari orang dewasa. Dengan goresan yang liar tersebut sang anak bercerita tentang kesukaannya terhadap bunga. Anak ini tergolong aktif dan sering bertanya ketika proses menggambar berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa anak ini menyukai kegiatan menggambar.

Gambar 2. Komang Wisnu (6 tahun)
                                                               Sumber. Dok. Pribadi

Pada usia 6 tahun yang termasuk kedalam masa prabagan yaitu rentang usia 4-7 tahun.  Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya.

Dari karya anak ini terlihat bahwa sang anak memiliki kreativitas serta imajinasi yang tinggi dibandingkan dengan anak seusianya pada umumnya. Biasanya yang sering kita jumpai pada anak usia 6 tahun adalah penggambaran pola gunung kembar dan sebagainya yang biasa diajarkan di sekolah. Namun berbeda dengan anak ini. Dia menggambarkan pesawat luar angkasa yang sedang terbang lengkap dengan gambar bintang. Pewarnaannya pun sudah terbilang bagus karena dia sudah mengenal gradasi warna serta mengetahui bahwa warna langit di luar angkasa yang hitam. Sepertinya anak tersebut memang mengikuti sanggar atau les menggambar. 

Gambar 3. Haikal (9 tahun)
                                                                 Sumber. Dok. Pribadi

Usia 9 tahun termasuk ke dalam masa Realisme Awal. Pada masa ini karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya.

Dari sekian banyak gambar yang sudah dikumpulkan, saya sangat tertarik pada karya anak ini. Menurut saya, anak tersebut dangat kreatif dan memiliki keterampilan menggambar yang lebih dari anak seusianya. Terlihat dari penggambaran adegan dengan menggunakan slide seperti pada komik. Anak ini sudah memiliki perhatian terhadap lingkungan sekitar. Kebetulan pada saat kegiatan menggambar ini berlangsung, masih suasana lebaran Idhul Adha sehingga anak tersebut menggambar adegan pemotongan hewan qurban. Mulai dari slide 1 dia menggambar dirinya yang sedang mempersiapkan hewan qurban (kambing) dengan membawa pisau. Kemudian di slide 2 dia menggambar dirinya yang sedang memotong kambing tersebut. Selanjutnya di slide ke 3 dia menggambarkan bahwa kambing tersebut sudah mati dengan menggunakan bahasa emoticon yang sering kita jumpai di HP. Dan di slide terakhir dia menggambarkan dirinya yang sedang membagikan daging kambing kepada orang yang membutuhkan. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa anak ini sudah mengetahui makna dari hari raya Idul Adha dan menceritakan kesenangan serta pengalamannya pada saat hari raya Idhul Adha.

Dari beberapa gambar yang sudah dibahas diatas terlihat bahwa anak-anak cenderung menyukai kegiatan menggambar dan lebih bebas menceritakan pengalaman serta kesukaan mereka melalui kegiatan menggambar. Kegiatan semacam ini bisa digunakan ketika anak kurang suka atau tidak mau belajar. Dengan pola menggambar kita bisa memancing kreativitas anak serta mengatahui apa yang mereka senangi. Terutama bagi orang tua yang mengalami permasalahan terhadap anak yang cenderung minder dan pendiam, maka dengan kegiatan menggambar orang tua bisa mengetahui permasalahan yang dialami si anak, dengan melihat serta menganalisis hasil gambar anak tersebut kita akan mengetahui permasalahan apa yang sedang ia hadapi.



Pustaka
Bandi Soebandi. Mengenal Periodisaisi Perkembangan Seni Rupa Anak  tersedia pada /file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/197206131999031-BANDI_SOBANDI/MENGENAL_PERKEMBANGAN_SENI_RUPA_ANAK-ANAK_(Materi).pdf diunduh pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.45 WITA