Minggu, 20 September 2015

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (Tugas 4)



Perkembangan anak pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor lingkungan maupun faktor keluarga. Kedua hal tersebut merupakan yang paling mendasar yang bisa mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya psikologi anak. Berikut para ahli mengemukakan beberapa teori dalam perkembangan psikologi anak, yaitu :
1.    Teori Perkembangan Nativisme (pembawaan)
Nativisme berasal dari kata native artinya asli atau asal. Aliran ini hampir senada dengan Naturalisme. Nativisme berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memi-liki/membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau keturunan. Sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang bersifat keturunan (herediter) inilah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak sepenuhnya. Sedangkan pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, kecuali hanya sebagai wa-dah dan memberikan rangsangan saja. Dalam ilmu pendidikan, pandangan tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis. Tokoh utama aliran ini ialah Schopenhauer. Dalam artinya yang terbatas, juga dapat dimasukkan dalam golongan Plato, Descartes, Lomborso, dan pengikut-pengikutnya yang lain.
Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawan, Scopenhauer (filosof Jerman 1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oeh anak didik itu sendiri. ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme berasal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya jika anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi dalam Aliran ini adalah :
a. Faktor Genetic
Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar.
b. Faktor Kemampuan Anak
Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.
c. Faktor Pertumbuhan Anak
Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
2.    Teori Perkembangan Empirisme (Lingkungan)
Tokoh utama aliran ini ialah John Locke. Ia berpendapat bahwa perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik apa saja (ke arah yang baik dan ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikan. Dalam hal ini, alamlah yang membentuknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme paedagogis.
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition  yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak bergantung kepada lingkungannya, sedangkan peembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filusuf ingris yang bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan  empirisme (biasa pula disebut environmetalisme) pendidik memang penting, sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal ini tercermin pada pandangan scientivic psychology dari B.F Skinner ataupun pandangan behavioral (behaviorisme) lainnya. Behviorisme itu menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagi hasil belajar semata-mata. Meskipun demikian, pandangan behavioral ini juga masih barvariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu.
3.    Teori Perkembangan Konfergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stem (1871-1938). Aliran ini mengakui kedua-duanya. Jadi pendidikan itu perlu sekali, tetapi semua ini terbatas karena bakat daripada anak didik. Aliran ini menjembatani atau menengahi kedua teori sebelumnya yang bersifat ekstrim yaitu teori  nativisme, sesuai dengan namanya konvergensi yang artinya perpaduan, maka berarti teori ini tidak memihak bahkan memadukan pengaruh kedua unsur pembawaan dan lingkungan tersebut dalam proses perkembangan. Menurut Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, lebih-lebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang penting.             
Faham konvergensi ini berpendapat, bahwa di dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan ataupun lingkungan memainkan peranan perting. Realitas menunjukkan bahwa warisan yang yang baik saja tanpa pengaruh lingkungan kependidikan yang baik tidak akan dapat membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya, walaupun lingkungan pendidikan itu baik, tidak akan menghasilkan kepribadian yang ideal juga. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Misalnya: Tiap manusia yang normal memiliki bakat untuk berdiri tegak atas kedua kaki, bakat ini tidak aktual (menjadi kenyataan) jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia. Anak yang semenjak kecilnya diasuh oleh monyet maka ia tidak akan berdiri tegak diatas kedua kakinya, mungkin dia akan berjalan dia akan berjalan diatas tangan dan kakinya (jadi seperti monyet)
4.    Teori Perkembangan Interaksi
Teori perkembangan interaksi dikemukakan oleh Piaget. Menurut Piaget perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf, 2) Pengalaman yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan dunianya, 3) Interaksi sosial yaitu pengaruh – pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan 4) Ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Teori mengemukakan pengaruh timbal balik antara faktor pembawaan dengan lingkungannya yaitu interaksi antara  pribadi dengan dunia luar. Kedua faktor tersebut berjalan secara bersamaan dalam proses mempengaruhi perkembangan seseorang.

Daftar Pustaka
Nadirah, Sitti. 2013. Anak Didik Perspektif nativisme, Empirisme, dan Konvergensi. Palu : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

http://hotmaidasari.blogspot.co.id/2011/04/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan.html diakses pada tanggal 19 September 2015 pukul 13.25 WITA
http://el-unsa.blogspot.co.id/2013/01/psikologi-menurut-nativisme-empirisme.html diakses pada tanggal 19 September 2015 pukul 13.27 WITA
http://kakhuda.blogspot.co.id/2011/02/nativisme-empirisme-dan-konvergensi.html diakses pada tanggal 19 September 2015 pukul 13.41 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar