Senin, 07 September 2015

PENGEMBANGAN PESERTA DIDIK (Tugas 2)



Setiap orang tua menyadari bahwa pada hakikatnya anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayakan pada mereka. Untuk menjaga amanah itu dengan baik, maka setiap orang tua wajib mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar agar mereka menjadi generasi yang penerus yang berguna bagi orang tua, lingkungan masyarakat serta negaranya.
Kebanyakan dari Orang tua yang peduli dengan perkembangan kreativitas anaknya biasanya akan mengikutsertakan anak-anak mereka untuk kursus menggambar atau kursus melukis sejak dini, karena semakin muda usia anak, semakin mudah diarahkan potensi dan bakatnya. Selain itu, kegiatan menggambar juga sudah menjadi bagian dari kehidupan anak, bukan hanya sebagai kegiatan untuk mengisi waktu kosong saja, tapi juga sebagai sebuah periode yang memang akan dilewati oleh anak dalam masa perkembangannya.
Periodisasi  masa  perkembangan  seni rupa anak menurut  Viktor  Lowenfeld dan Lambert Brittain dalam Creative  and  Mental  Growth adalah :
(1) Masa mencoreng (scribbling)                    : 2-4 tahun
(2) Masa Prabagan (preschematic)                 : 4-7 tahun 
(3) Masa Bagan (schematic period)                 : 7-9 tahun 
(4) Masa Realisme Awal  (Dawning Realism)  : 9-12 tahun 
(5) Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun 
(6) Masa Penentuan (Period of Decision)        : 14-17 tahun.

Penjelasan periodisasi perkembangan seni rupa anak diatas adalah sebagai berikut:
1.      Masa Mencoreng (scribbling)   : 2-4 tahun
Goresan-goresan  yang  dibuat  anak  usia  2-3  tahun  belum  menggambarkan  suatu  bentuk  objek.  Pada  awalnya,  coretan  hanya  mengikuti  perkembangan  gerak motorik.  Biasanya,  tahap  pertama  hanya  mampu  menghasilkan  goresan  terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal  ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik  anak  yang  masih  mengunakan  motorik  kasar.  Kemudian,  pada perekembangan  berikutnya  penggambaran  garis  mulai  beragam  dengan  arah  yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar.
Periode ini  terbagi ke dalam  tiga tahap, yaitu: 1) corengan tak beraturan, 2) corengan terkendali, dan 3) corengan bernama.
Ciri  gambar yang dihasilkan anak pada tahap  corengan tak beraturan  adalah bentuk  gembar  yang  sembarang,  mencoreng  tanpa  melihat  ke  kertas,  belum  dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi.
Corengan  terkendali  ditandai  dengan  kemampuan  anak  menemukan  kendali  visualnya  terhadap  coretan  yang  dibuatnya.  Hal  ini  tercipta  dengan  telah  adanya kerjasama  antara  koordiani  antara  perkembangan  visual  dengan  perkembamngan motorik.  Hal  ini  terbukti  dengan  adanya  pengulangan  coretan  garis  baik  yang  horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
Corengan  bernama  merupakan  tahap  akhir  masa  coreng  moreng.  Biasanya terjadi  menjelang  usia  3-4  tahun,  sejalan  dengan  perkembangan  bahasanya  anak  mulai  mengontrol  goresannya  bahkan  telah  memberinya  nama,  misalnya:  “rumah”, “mobil”,  “kuda”.  Hal  ini  dapat  digunakan  oleh  orang  tua  atau  guru  pada  jenjang pendidikan  usia  dini  (TK)  dalam  membangkitkan  keberanianan  anak  untuk mengemukakan  kata-kata  tertentu  atau  pendapat  tertentu  berdasarkan  hal  yang digambarkannya.

2.      Masa Prabagan (preschematic)  : 4-7 tahun
Kecenderungan  umum  pada    tahap  ini,  objek  yang  digambarkan  anak biasanya  berupa  gambar  kepala-berkaki.  Sebuah  lingkaran  yang  menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki.  Ciri-ciri  yang  menarik  lainnya  pada  tahap  ini  yaitu  telah  menggunakan bentuk-bentuk  dasar  geometris  untuk  memberi  kesan  objek  dari  dunia  sekitarnya. Koordinasi  tangan  lebih  berkembang.  Aspek  warna  belum  ada  hubungan  tertentu dengan  objek,  orang  bisa  saja  berwarna  biru,  merah,  coklat  atau  warna  lain  yang disenanginya.
Penempatan  dan  ukuran  objek  bersifat  subjektif,  didasarkan  kepada kepentingannya. Ini  dinamakan  dengan  “perspektif batin”. Penempatan objek dan penguasan ruang belum dikuasai anak pada usia ini.

3.      Masa Bagan (schematic period)   : 7-9 tahun
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar      masih  tetap  berkesan  datar  dan  berputar  atau  rebah  (tampak  pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian  kiri  rebah  ke  kiri,  bagian  kanan  rebah  ke  kanan).  Pada  perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line).
Penafsiran  ruang  bersifat  subjektif,  tampak  pada  gambar  “tembus  pandang” (contoh:  digambarkan  orang  makan  di  ruangan,  seakan-akan  dinding  terbuat  dari kaca).  Gejala  ini  disebut  dengan  idioplastis  (gambar  terawang,  tembus  pandang). Misalnya  gambar  sebuah  rumahyang  seolah-olah  terbuat  dari  kaca  bening,  hingga seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan jelas.

4.      Masa Realisme Awal  (Dawning Realism)  : 9-12 tahun
Pada  periode  Realisme  Awal,  karya  anak  lebih  menyerupai  kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan  objek  dalam  lingkungan.  Perhatian  kepada  objek  sudah  mulai rinci.  Namun  demikian,  dalam  menggambarkan  objek,  proporsi  (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya.  Pemahaman  warna  sudah  mulai disadari. Penguasan konsep  ruang mulai  dikenalnya sehingga  letak  objek  tidak lagi  bertumpu  pada  garis  dasar,  melainkan  pada  bidang  dasar  sehingga  mulai ditemukan  garis  horizon.  Selain  dikenalnya  warna  dan  ruang,  penguasaan  unsur  desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini.
Ada  perbedaan  kesenangan  umum,  misalnya:  anak  laki-laki  lebih  senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.

5.      Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
Pada  masa  naturalisme  semu,  kemampuan  berfikir  abstrak  serta  kesadaran sosialnya  makin  berkembang.  Perhatian  kepada  seni  mulai  kritis,  bahkan  terhadap karyanya  sendiri.  Pengamatan  kepada  objek  lebih  rinci.

6.      Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Pada  periode  ini  tumbuh  kesadaran  akan  kemampuan  diri.  Perbedaan  tipe individual  makin  tampak.  Anak  yang  berbakat  cenderung  akan  melanjutkan kegiatannya  dengan  rasa  senang,  tetapi  yang  merasa  tidak  berbakat  akan meninggalkan  kegiatan  seni  rupa,  apalagi  tanpa  bimbingan.  Dalam  hal  ini  peranan guru banyak  menentukan,  terutama dalam meyakinkan  bahwa  keterlibatan  manusia dengan  seni  akan  berlangsung  terus  dalam  kehidupan.  Seni  bukan  urusan  seniman saja, tetapi urusan semua orang  dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupannya sehari-hari

Terlepas dari itu semua, perlu diketahui bahwa aktifitas mengambar dan mewarnai juga memiliki banyak manfaat bagi anak. Dalam perkembangannya, menggambar pun dijadikan sebagai art therapy untuk kesehatan mental dan merangsang otaknya. Seorang art therapist Mutia Ribowo mengungkapkan, menggambar dapat membuat seseorang anak lebih fokus karena ada kordinasi antara mata dan gerakan tangan. Lebih dari itu, anak pun akan lebih peka terhadap lingkungan sekitar, memiliki empati, dan meningkatkan intuisi.
Kegiatan menggambar dan mewarnai juga mendorong anak untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai dan berusaha mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan, karena otak akan terus bekerja lebih aktif.
Pertumbuhan dan  perkembangan yang terjadi pada manusia pada umumnya memiliki ciri yang sama, namun ada beberapa anak yang memang pertumbuhannya mengalami keterlambatan atau keterbelakangan. Adapun prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991), terbagi tujuh prinsip merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami seorang anak, ketujuh prinsip tersebut adalah:
1.      Adanya perubahan
Manusia tidak pernah dalam keadaan  statis dia akan berubah dan mengalami perubahan, perubahan bisa menanjak kemudian berada dititik puncak kemudian mengalami kemunduran.
2.      Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan selanjutnya.
Tempat tinggal atau lingkungan masa kecil anak akan berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawahan mereka. Bukti ilmiah telah menunjukkan bahwah dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari prilaku anak sepanjang hidupnya.
3.      Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Perkembangan seorang anak akan dipengaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial suda ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu.
4.      Pola perkembangan dapat diramalkan.
Dlam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepaloaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala sampai kaki ini bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi dibagian kepala, badan dan kaki.
5.      Pola perkembangan mempunnyai karateristik yang dapat diramalkan.
Karateristik tertentu juga dapt diramalkan, berlaku baik untuk perkembangan fisik atau mental. Setiap anak mengikuti perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya.
6.      Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan.
Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak. Perbedaan perkembangan tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh  untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.
Selain prinsip perkembangan diatas lingkungan juga menjadi factor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya anak. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting terutama pada masa – masa rawan saat usia anak menginjak 15 tahun ke atas. Kebanyakan dari mereka lebih suka berada di luar dibandingkan di rumah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan lebih banyak melakukan pendekatan terhadap anak misalnya mengajak mereka mengunjungi tempat – tempat wisata atau meminta mereka mengajak teman – temannya bermain di rumah, hal ini akan memudahkan bagi orang tua untuk mengontrol dan mengawasi cara bergaul anak.

Sumber :
blog.lazada.co.id/manfaat-belajar-menggambar-mewarnai-bagi-ana/ diakses pada tanggal 03 september 2015 pukul 17.01 WITA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar