Selasa, 25 Maret 2014

MENGAPRESIASI KARYA SENI MELALUI PENDEKATAN ALIRAN-ALIRAN DALAM SENI RUPA





Aktivitas manusia dalam kehidupan seni terdiri dari aktivitas kreasi, aktivitas penghayatan, dan aktivitas kritik seni. Aktivitas karya seni yaitu mengacu adanya seniman yang menghadirkan karya. Artinya, dalam proses seniman bersinggungan dengan kenyataan objektif di luar dirinya atau kenyataan dalam dirinya sendiri. Persinggungan tersebut menimbulkan respon atau tanggapan. Tanggapan yang dimilikinya dipresentasikan ke luar dirinya, maka lahirlah karya seni. Aktivitas penghayatan, yaitu aktivitas seseorang dalam memahami karya seni untuk mendapatkan suatu pengalaman batin. Artinya, penghayat merasa puas setelah menghayati karya seni dan memperoleh kepuasan estetik. Kepuasan estetik merupakan hasil interaksi antara karya seni dengan penghayat. Sedangkan aktivitas kritik seni, yakni sebagai usaha pemahaman dan penikmatan karya seni. Dalam hal ini kritik sebagai kajian rinci dan apresiatif dengan analisis yang logis dan argumentatif untuk menafsirkan karya seni. Ketiga aktivitas tersebut, dapat dijelaskan bahwa kreasi seni berkaitan dengan mencipta, menghayati, dan kritik. Mencipta, yaitu proses mewujudkan suatu karya seni sesuai dengan ide seniman. Menghayati, yakni proses menikmati suatu karya yang diciptakan seniman. Kritik, yakni proses evaluasi untuk menentukan baik-buruknya suatu ciptaan atau memberi penjelasan terhadap suatu karya berdasarkan norma-norma tertentu. Oleh karena itu, ketiga aktivitas itu, yakni antara seniman, penghayatan, dan kritik seni (penilaian) merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.  Proses apresiasi memang menjadi satu kebutuhan dan kritik adalah kebutuhan yang lain. Keduanya dapat berkait ketika kritik berhasil sebagai pemandu pemahaman dan apresiasi. Kritik selalu diharapkan menjadi pembuka kemungkinan adanya proses pemahaman antara kerja seniman dan daya apresiasi masyarakat penikmatnya.
Sekalipun tidak dapat dipastikan sejak kapan manusia gemar melukis, namun semua pengamat merasa yakin bahwa sejarah seni lukis baik di Indonesia maupun di seluruh dunia sudah ada sejak zaman prasejarah sejak ditemukannya lukisan di dinding-dinding gua. Memang tidak diketahui bagaimana cara mereka melukis, namun sejarah seni lukis mencatat bagaimana sejak berakhirnya zaman prasejarah dan semakin berkembangnya kebudayaan manusia, maka turut berkembang pula seni lukis dengan munculnya beragam jenis aliran lukisan. Aliran-aliran dalam seni lukis yang dikenal sekrang ini merupakan satu fase perkembangan dari fase sebelumnya.
Para pengamat seni lukis berkeyakinan bahwa semua seniman lukis awalnya bertolak pada aliran naturalisme. Aliran naturalisme ini dianggap sebagai aliran paling tua, setua manusia mulai pintar melukis itu sendiri. Pada aliran seni ini para seniman sebenarnya menjiplak dari objek yang sebenarnya ke bentuk media lukis seperti kanvas misalnya. Kemiripan denagan objek aslinya merupakan salah satu kekuatan para pelukis yang menganut aliran naturalisme.
Hanya saja pada perkembangan selanjutnya, para pelukis ini seperti juga pelukis lainnya selalu saja merasa ada yang kurang dalam mengekspresikan gejolak jiwa mereka sehingga mereka selalu mencari dan terus mencari bentuk-bentuk baru menurut pikiran dan perasaan mereka yang saat itu sudah sangat cocok dengan apa yang ingin mereka ungkapkan dalam lukisan tersebut.
Baik di Indonesian maupun di negara lain perkembangan seni rupa di bidang seni lukis khususnya sangat pesat, salah satu kota yang menjadi pusat maraknya kehidupan pasar seni lukis di Indonesia adalah Bali. Seni Rupa yang berkembang ditengah masyarakat Bali masa ini, tidak terlepas dari perjalanan seni rupa Indonesia. Seni rupa modern hadir dalam masyarakat Indonesia sekarang, sesungguhnya telah dimulai sejak masa perintisan Raden Saleh (1807-1880) yang melukiskan sesuatu dengan wujud kehadirannya bercorak realistis. R. Saleh sebagai pelopor seni rupa Indonesia yang pernah belajar seni lukis di Eropa pertama kali mengembangkan teknik melukis modern di Indonesia (Kusnadi, 1990-199:156).
Berbagai aliran dalam seni rupa modern semakin berkembang, lebih-lebih dengan banyaknya lahir para perupa-perupa jebolan akademis menambah semaraknya modernisasi seni rupa. Salah satunya yaitu I Wayan Sudiarta, sejak umur 7 tahun sudah bergelut di dunia seni rupa sampai saat ini. Pelukis jebolan UNDIKSHA ini menganut aliran ekspresionisme dalam menggarap semua karya seninya. Dapat dilihat pada salah satu karyanya yang berjudul “Baris Jago” .

Dari contoh karya diatas, dapat dilihat bahwa goresan-goresan yang dihasilkan oleh Wayan Suidarta sangat ekspresif, walaupun beliau merupakan salah satu pelukis modern namun dalam menggarap karya seninya Wayan Sudiarta selalu mengangkat tema-tema atau tokoh-tokoh tradisi dan religius Bali.
Selain menganut aliran ekspresionisme, dari karyanya yang lain kita dapat melihat bahwa Wayan Sudiarta juga menganut aliran realisme. Contoh karya yang lain yaitu berjudul “Baris Tri Datu”.

Dalam lukisan ini beliau melukiskan tokoh tradisional Bali dengan memperhatikan anatomi serta bentuk tubuh dari tokoh tersebut. Walaupun karya tidak terlalu menampakkan bahwa Wayan Sudiarta menganut aliran realisme namun terlihat jelas bahwa bentuk wajah serta tubuh yang digambarkan mendekati aliran realis namun tetap goresan yang digunakan adalah goresan-goresan yang ekspresif. Dalam prosen berkaryanya beliau sempat meninggalkan aliran tradisi Bali dan mencoba melukis dengan aliran realis karena malihat maraknya lukisan-lukisan modern yang muncul sehingga menyebabkan lukisan tradisi tidak laku lagi dipasaran seni, namun pada akhirnya beliau sadar bahwa Ia tidak bisa lepas dari aliran tersebut. Pada karyanya yang lain juga beliau pernah mencoba melukiskan suasana natural yaitu sungai namun beliau tetap menggunakan goresan ekspresif.
        Munculnya berbagai macam aliran-aliran baru dalam dunia seni rupa semakin menambah maraknya lukisan-lukisan di pasar seni. Namun hal tersebut tidak mengurungkan niat para pelukis tradisi ekspresionis seperti I Wayan Sudiarta untuk membawa lukisan-lukisan tradisional Bali ke kancah Internasional. Kita tidak dapat memungkiri bahwa manusia adalah makhluk religius, sehingga walaupun lukisan-lukisan yang muncul berkembang seiring dengan zaman para penikmat seni akan tetap kembali dan tertarik pada karya seni tradisi dan religius.
Thanks For Reading J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar