Aktivitas manusia dalam kehidupan seni terdiri dari aktivitas
kreasi, aktivitas penghayatan, dan aktivitas kritik seni. Aktivitas karya seni
yaitu mengacu adanya seniman yang menghadirkan karya. Artinya, dalam proses
seniman bersinggungan dengan kenyataan objektif di luar dirinya atau kenyataan
dalam dirinya sendiri. Persinggungan tersebut menimbulkan respon atau
tanggapan. Tanggapan yang dimilikinya dipresentasikan ke luar dirinya, maka
lahirlah karya seni. Aktivitas penghayatan, yaitu aktivitas seseorang dalam
memahami karya seni untuk mendapatkan suatu pengalaman batin. Artinya,
penghayat merasa puas setelah menghayati karya seni dan memperoleh kepuasan
estetik. Kepuasan estetik merupakan hasil interaksi antara karya seni dengan
penghayat. Sedangkan aktivitas kritik seni, yakni sebagai usaha pemahaman dan penikmatan
karya seni. Dalam hal ini kritik sebagai kajian rinci dan apresiatif dengan
analisis yang logis dan argumentatif untuk menafsirkan karya seni. Ketiga
aktivitas tersebut, dapat dijelaskan bahwa kreasi seni berkaitan dengan
mencipta, menghayati, dan kritik. Mencipta, yaitu proses mewujudkan suatu karya
seni sesuai dengan ide seniman. Menghayati, yakni proses menikmati suatu karya
yang diciptakan seniman. Kritik, yakni proses evaluasi untuk menentukan
baik-buruknya suatu ciptaan atau memberi penjelasan terhadap suatu karya
berdasarkan norma-norma tertentu. Oleh karena itu, ketiga aktivitas itu, yakni
antara seniman, penghayatan, dan kritik seni (penilaian) merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Proses apresiasi
memang menjadi satu kebutuhan dan kritik adalah kebutuhan yang lain. Keduanya
dapat berkait ketika kritik berhasil sebagai pemandu pemahaman dan apresiasi.
Kritik selalu diharapkan menjadi pembuka kemungkinan adanya proses pemahaman
antara kerja seniman dan daya apresiasi masyarakat penikmatnya.
Sekalipun tidak dapat
dipastikan sejak kapan manusia gemar melukis, namun semua pengamat merasa yakin
bahwa sejarah seni lukis baik di Indonesia maupun di seluruh dunia sudah ada
sejak zaman prasejarah sejak ditemukannya lukisan di dinding-dinding gua.
Memang tidak diketahui bagaimana cara mereka melukis, namun sejarah seni lukis
mencatat bagaimana sejak berakhirnya zaman prasejarah dan semakin berkembangnya
kebudayaan manusia, maka turut berkembang pula seni lukis dengan munculnya
beragam jenis aliran lukisan. Aliran-aliran dalam seni lukis yang dikenal
sekrang ini merupakan satu fase perkembangan dari fase sebelumnya.
Para pengamat seni
lukis berkeyakinan bahwa semua seniman lukis awalnya bertolak pada aliran
naturalisme. Aliran naturalisme ini dianggap sebagai aliran paling tua, setua
manusia mulai pintar melukis itu sendiri. Pada aliran seni ini para seniman
sebenarnya menjiplak dari objek yang sebenarnya ke bentuk media lukis seperti
kanvas misalnya. Kemiripan denagan objek aslinya merupakan salah satu kekuatan
para pelukis yang menganut aliran naturalisme.
Hanya saja pada
perkembangan selanjutnya, para pelukis ini seperti juga pelukis lainnya selalu
saja merasa ada yang kurang dalam mengekspresikan gejolak jiwa mereka sehingga
mereka selalu mencari dan terus mencari bentuk-bentuk baru menurut pikiran dan
perasaan mereka yang saat itu sudah sangat cocok dengan apa yang ingin mereka
ungkapkan dalam lukisan tersebut.
Baik di Indonesian
maupun di negara lain perkembangan seni rupa di bidang seni lukis khususnya
sangat pesat, salah satu kota yang menjadi pusat maraknya kehidupan pasar seni
lukis di Indonesia adalah Bali. Seni Rupa yang berkembang ditengah masyarakat
Bali masa ini, tidak terlepas dari perjalanan seni rupa Indonesia. Seni rupa
modern hadir dalam masyarakat Indonesia sekarang, sesungguhnya telah dimulai
sejak masa perintisan Raden Saleh (1807-1880) yang melukiskan sesuatu dengan
wujud kehadirannya bercorak realistis. R. Saleh sebagai pelopor seni rupa
Indonesia yang pernah belajar seni lukis di Eropa pertama kali mengembangkan
teknik melukis modern di Indonesia (Kusnadi, 1990-199:156).
Berbagai aliran dalam
seni rupa modern semakin berkembang, lebih-lebih dengan banyaknya lahir para
perupa-perupa jebolan akademis menambah semaraknya modernisasi seni rupa. Salah
satunya yaitu I Wayan Sudiarta, sejak umur 7 tahun sudah bergelut di dunia seni
rupa sampai saat ini. Pelukis jebolan UNDIKSHA ini menganut aliran
ekspresionisme dalam menggarap semua karya seninya. Dapat dilihat pada salah
satu karyanya yang berjudul “Baris Jago” .
Dari contoh karya diatas, dapat dilihat
bahwa goresan-goresan yang dihasilkan oleh Wayan Suidarta sangat ekspresif,
walaupun beliau merupakan salah satu pelukis modern namun dalam menggarap karya
seninya Wayan Sudiarta selalu mengangkat tema-tema atau tokoh-tokoh tradisi dan
religius Bali.
Selain menganut aliran ekspresionisme,
dari karyanya yang lain kita dapat melihat bahwa Wayan Sudiarta juga menganut
aliran realisme. Contoh karya yang lain yaitu berjudul “Baris Tri Datu”.
Dalam lukisan ini beliau melukiskan
tokoh tradisional Bali dengan memperhatikan anatomi serta bentuk tubuh dari
tokoh tersebut. Walaupun karya tidak terlalu menampakkan bahwa Wayan Sudiarta
menganut aliran realisme namun terlihat jelas bahwa bentuk wajah serta tubuh
yang digambarkan mendekati aliran realis namun tetap goresan yang digunakan
adalah goresan-goresan yang ekspresif. Dalam prosen berkaryanya beliau sempat
meninggalkan aliran tradisi Bali dan mencoba melukis dengan aliran realis karena
malihat maraknya lukisan-lukisan modern yang muncul sehingga menyebabkan
lukisan tradisi tidak laku lagi dipasaran seni, namun pada akhirnya beliau
sadar bahwa Ia tidak bisa lepas dari aliran tersebut. Pada karyanya yang lain
juga beliau pernah mencoba melukiskan suasana natural yaitu sungai namun beliau
tetap menggunakan goresan ekspresif.
Munculnya
berbagai macam aliran-aliran baru dalam dunia seni rupa semakin menambah
maraknya lukisan-lukisan di pasar seni. Namun hal tersebut tidak mengurungkan
niat para pelukis tradisi ekspresionis seperti I Wayan Sudiarta untuk membawa
lukisan-lukisan tradisional Bali ke kancah Internasional. Kita tidak dapat
memungkiri bahwa manusia adalah makhluk religius, sehingga walaupun
lukisan-lukisan yang muncul berkembang seiring dengan zaman para penikmat seni
akan tetap kembali dan tertarik pada karya seni tradisi dan religius.
Thanks For Reading J