Selasa, 25 Maret 2014

MENGAPRESIASI KARYA SENI MELALUI PENDEKATAN ALIRAN-ALIRAN DALAM SENI RUPA





Aktivitas manusia dalam kehidupan seni terdiri dari aktivitas kreasi, aktivitas penghayatan, dan aktivitas kritik seni. Aktivitas karya seni yaitu mengacu adanya seniman yang menghadirkan karya. Artinya, dalam proses seniman bersinggungan dengan kenyataan objektif di luar dirinya atau kenyataan dalam dirinya sendiri. Persinggungan tersebut menimbulkan respon atau tanggapan. Tanggapan yang dimilikinya dipresentasikan ke luar dirinya, maka lahirlah karya seni. Aktivitas penghayatan, yaitu aktivitas seseorang dalam memahami karya seni untuk mendapatkan suatu pengalaman batin. Artinya, penghayat merasa puas setelah menghayati karya seni dan memperoleh kepuasan estetik. Kepuasan estetik merupakan hasil interaksi antara karya seni dengan penghayat. Sedangkan aktivitas kritik seni, yakni sebagai usaha pemahaman dan penikmatan karya seni. Dalam hal ini kritik sebagai kajian rinci dan apresiatif dengan analisis yang logis dan argumentatif untuk menafsirkan karya seni. Ketiga aktivitas tersebut, dapat dijelaskan bahwa kreasi seni berkaitan dengan mencipta, menghayati, dan kritik. Mencipta, yaitu proses mewujudkan suatu karya seni sesuai dengan ide seniman. Menghayati, yakni proses menikmati suatu karya yang diciptakan seniman. Kritik, yakni proses evaluasi untuk menentukan baik-buruknya suatu ciptaan atau memberi penjelasan terhadap suatu karya berdasarkan norma-norma tertentu. Oleh karena itu, ketiga aktivitas itu, yakni antara seniman, penghayatan, dan kritik seni (penilaian) merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.  Proses apresiasi memang menjadi satu kebutuhan dan kritik adalah kebutuhan yang lain. Keduanya dapat berkait ketika kritik berhasil sebagai pemandu pemahaman dan apresiasi. Kritik selalu diharapkan menjadi pembuka kemungkinan adanya proses pemahaman antara kerja seniman dan daya apresiasi masyarakat penikmatnya.
Sekalipun tidak dapat dipastikan sejak kapan manusia gemar melukis, namun semua pengamat merasa yakin bahwa sejarah seni lukis baik di Indonesia maupun di seluruh dunia sudah ada sejak zaman prasejarah sejak ditemukannya lukisan di dinding-dinding gua. Memang tidak diketahui bagaimana cara mereka melukis, namun sejarah seni lukis mencatat bagaimana sejak berakhirnya zaman prasejarah dan semakin berkembangnya kebudayaan manusia, maka turut berkembang pula seni lukis dengan munculnya beragam jenis aliran lukisan. Aliran-aliran dalam seni lukis yang dikenal sekrang ini merupakan satu fase perkembangan dari fase sebelumnya.
Para pengamat seni lukis berkeyakinan bahwa semua seniman lukis awalnya bertolak pada aliran naturalisme. Aliran naturalisme ini dianggap sebagai aliran paling tua, setua manusia mulai pintar melukis itu sendiri. Pada aliran seni ini para seniman sebenarnya menjiplak dari objek yang sebenarnya ke bentuk media lukis seperti kanvas misalnya. Kemiripan denagan objek aslinya merupakan salah satu kekuatan para pelukis yang menganut aliran naturalisme.
Hanya saja pada perkembangan selanjutnya, para pelukis ini seperti juga pelukis lainnya selalu saja merasa ada yang kurang dalam mengekspresikan gejolak jiwa mereka sehingga mereka selalu mencari dan terus mencari bentuk-bentuk baru menurut pikiran dan perasaan mereka yang saat itu sudah sangat cocok dengan apa yang ingin mereka ungkapkan dalam lukisan tersebut.
Baik di Indonesian maupun di negara lain perkembangan seni rupa di bidang seni lukis khususnya sangat pesat, salah satu kota yang menjadi pusat maraknya kehidupan pasar seni lukis di Indonesia adalah Bali. Seni Rupa yang berkembang ditengah masyarakat Bali masa ini, tidak terlepas dari perjalanan seni rupa Indonesia. Seni rupa modern hadir dalam masyarakat Indonesia sekarang, sesungguhnya telah dimulai sejak masa perintisan Raden Saleh (1807-1880) yang melukiskan sesuatu dengan wujud kehadirannya bercorak realistis. R. Saleh sebagai pelopor seni rupa Indonesia yang pernah belajar seni lukis di Eropa pertama kali mengembangkan teknik melukis modern di Indonesia (Kusnadi, 1990-199:156).
Berbagai aliran dalam seni rupa modern semakin berkembang, lebih-lebih dengan banyaknya lahir para perupa-perupa jebolan akademis menambah semaraknya modernisasi seni rupa. Salah satunya yaitu I Wayan Sudiarta, sejak umur 7 tahun sudah bergelut di dunia seni rupa sampai saat ini. Pelukis jebolan UNDIKSHA ini menganut aliran ekspresionisme dalam menggarap semua karya seninya. Dapat dilihat pada salah satu karyanya yang berjudul “Baris Jago” .

Dari contoh karya diatas, dapat dilihat bahwa goresan-goresan yang dihasilkan oleh Wayan Suidarta sangat ekspresif, walaupun beliau merupakan salah satu pelukis modern namun dalam menggarap karya seninya Wayan Sudiarta selalu mengangkat tema-tema atau tokoh-tokoh tradisi dan religius Bali.
Selain menganut aliran ekspresionisme, dari karyanya yang lain kita dapat melihat bahwa Wayan Sudiarta juga menganut aliran realisme. Contoh karya yang lain yaitu berjudul “Baris Tri Datu”.

Dalam lukisan ini beliau melukiskan tokoh tradisional Bali dengan memperhatikan anatomi serta bentuk tubuh dari tokoh tersebut. Walaupun karya tidak terlalu menampakkan bahwa Wayan Sudiarta menganut aliran realisme namun terlihat jelas bahwa bentuk wajah serta tubuh yang digambarkan mendekati aliran realis namun tetap goresan yang digunakan adalah goresan-goresan yang ekspresif. Dalam prosen berkaryanya beliau sempat meninggalkan aliran tradisi Bali dan mencoba melukis dengan aliran realis karena malihat maraknya lukisan-lukisan modern yang muncul sehingga menyebabkan lukisan tradisi tidak laku lagi dipasaran seni, namun pada akhirnya beliau sadar bahwa Ia tidak bisa lepas dari aliran tersebut. Pada karyanya yang lain juga beliau pernah mencoba melukiskan suasana natural yaitu sungai namun beliau tetap menggunakan goresan ekspresif.
        Munculnya berbagai macam aliran-aliran baru dalam dunia seni rupa semakin menambah maraknya lukisan-lukisan di pasar seni. Namun hal tersebut tidak mengurungkan niat para pelukis tradisi ekspresionis seperti I Wayan Sudiarta untuk membawa lukisan-lukisan tradisional Bali ke kancah Internasional. Kita tidak dapat memungkiri bahwa manusia adalah makhluk religius, sehingga walaupun lukisan-lukisan yang muncul berkembang seiring dengan zaman para penikmat seni akan tetap kembali dan tertarik pada karya seni tradisi dan religius.
Thanks For Reading J

Sabtu, 08 Maret 2014

CINTA TAK TERBALAS



Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh “seseorang”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine. Saya memang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.
Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor. (Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)
Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?
Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan “sayang” betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan... Jangan-jangan hanya jadi beban...
Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat di rumah sakit... Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Dari orang tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa seringnya kita tidak menyadari...
Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)
Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah.
Duh... Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya. Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...
Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya. Pasti!

Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.
Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya... Lisan kejam dan menyayat-nyayat... Waktu yang terbuang sia-sia..
Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta? Dan semua itu telah ada dan selalu ada tanpa dibatasi oleh momen-momen semacam valentin's day yang jelas bukan budaya kita ummat Muslim.

Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi.
Tulisan ini sebenarnya bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya. Yuk, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas...
And Say NO !!
To Valentine's Day

Sabtu, 01 Maret 2014

ANGEL IN THE DARK





          Fotografi merupakan salah satu cabang seni rupa yang sangat menarik, di mana kita dapat melihat sisi lain dari keindahan alam maupun keindahan ciptaan Tuhan lainnya secara lebih dekat melalui mata kamera. Dengan menggunakan kamera pula kita bisa mendokumentasikan apa yang kita lihat saat itu.
          “Angel in the Dark” merupakan salah satu hasil karya fotografi saya, di mana karya ini juga merupakan hasil latihan bersama dosen pengampu mata kuliah Fotografi Drs. Mursal Buyung.
          Karya ini menggunakan teknik Bulb, di mana kita memotret dalam keadaan gelap dan melukis menggunakan cahaya, prosesnya yaitu mempersiapkan kamera terlebih dahulu dengan memasangkan kamera pada threepot agar kamera tidak bergoyang saat mengambila gambar nanti, Kemudian melakukan pengaturan pada kamera yaitu pengaturan Iso, Manual, timer, dll. Setelah itu mematikan lampu dan model siap melukis dengan menggunakan senter baik yang kecil maupun yang besar.
          Dewasa ini melukis menggunakan cahaya juga sangat populer di kalangan seniman tanah air maupun seniman luar negeri. Mungkin para seniman tersebut ingin mencoba sesuatu hal yang baru terkait dengan mengekpresikan serta menghasilkan gagasan-gagasan baru di dunia seni. Hal ini membuktikan bahwa berkarya tidak hanya di patok pada satu media saja misalnya berkarya dalam bidang lukis di patok hanya menggunakan kanvas saja, namun sekarang juga banyak yang melukis menggunakan media lain seperti menggunakan pasir atau garam di atas kaca maupun melukis menggunakan cahaya.
          Dalam menggunakan teknik bulb sangat dibutuhkan kesabaran serta ketelitian, di mana dalam teknik ini tidak selalu gambar yang kita ambil menghasilkan gambar yang sesuai dengan yang kita inginkan atau kurang bagus menangkap cahaya apalagi untuk para pemula. Jadi pada saat model akan melakukan lukis menggunakan cahaya harus tepat waktunya dengan mematikan lampu.
          Pemberian judul pada karya seni Fotografi saya ini didasari oleh pengamatan saya terhadap hasil yang saya potret yaitu seorang model dengan kedua sayap yang bercahaya di belakangnya, sehingga memunculkan gagasan kepada saya untuk memberika judul pada karya fotografi saya dengan judul “Agel in the Dark”.
          Di harapkan karya ini menjadi media pembelajaran bagi saya sehingga untuk kedepannya bisa terus berkarya dan tidak merasa puas dengan hasil yang sudah saya dapatkan, serta bisa bermanfaat juga bagi penikmat seni yang lain.
Thank You  :D

MEMBAHASAKAN MIMPI



SENI RUPA !? Dua kata itu selalu hadir dan menghantui benak saya sejak guru saya yang mengajar Seni rupa di SMA saya mengusulkan kepada saya untuk mengambil jurusan Pendidikan Seni Rupa ketika saya lulus SMA dan melanjutkan pendidikan di universitas nanti. Semenjak saya kecil, saya tidak pernah bermimpi ataupum membayangkan bahwa saya akan mengambil jurusan seni rupa. Tanda tanya besar yang selalu muncul dan  semakin menari-nari dalam otak saya ketika saya duduk di bangku SMA kelas 3, pasalnya saya harus memikirkan masa depan saya, kemana saya harus melanjutkan pendidkan saya serta jurusan apa yang harus saya ambil ? bisakah saya mengambil jurusan ini ? mampukah saya menjalani perkuliahan seni rupa yang kabarnya penuh dengan tugas dan juga membutuhkan biaya yang sangat mahal ?
Akhirnya pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat saya jawab dengan mencoba menjalani dan mengambil jurusan pendidikan Seni Rupa. Awalnya saya tidak merasa yakin bahkan sangat tidak yakin akan mengambil jurusan ini karena saya merasa kemampuan saya tidak terlalu menonjol dan menunjukkan bahwa saya memiliki bakat di bidang seni, namun kedua orang tua kandung serta orang tua angkat saya  memberikan dukungan penuh, pasalnya sarjana pendidikan seni rupa di daerah saya masih sangat jarang bahkan di SMA saya saja hanya ada 2 guru yang mengajar kesenian. Selain itu orang tua saya juga melihat ada potensi dan bakat seni dalam diri saya karena dari SD saya suka membuta kerajinan-kerajinan tangan seperti pernak pernih, hiasan, tekstil, membuat kaligrafi maupun membuat gambar-gambar anime karena saya dulu sangat menyukai film-film anime. Namun saya sendiri berpikir bahwa keahlian saya tersebut tidak cukup untuk menjelajahi dunia seni rupa yang saya dengar dulu kabarnya sangat sulit. Isu-isu yang sering terdengar itupun yang membuat saya semakin ragu untuk mengambil jurusan ini.
Sayapun mencoba untuk mencai tahu tentang bagaimana sistem perkuliahan di jurusan seni rupa kepada teman-teman kakak saya maupun kepada guru saya. Dari jawaban mereka memang saya dapat membayangkan perkuliahan seni rupa itu seperti apa namun mereka juga malah meyakinkan saya lagi untuk mengambil jurusan ini karena mereka tahu bahwa saya orang yang mau belajar dan berusaha dan mereka juga yakin saya bisa mengembangkan potensi yang saya miliki. Sebenarnya selain masalah bakat, masih banyak juga kendala yang saya pikirkan. Mulai dari biaya perkuliahan karena saya berasal dari kelurga yang tergolong sederhana sedangkan kakak saya juga masih menempuh S1 kebidanan, Kendala lainnya adalah saya sejak kecil ingin sekali menjadi perawat, namun kembali lagi masalah biaya juga membuat saya mencoba untuk melupakan keinginan tersebut dan sampai saat ini orang tua saya tidak mengetahui keinginan saya tersebut. Saya sengaja merahasiakannya dari orang tua saya karena saya berpikir bahwa jika saya mengatakan kepada orang tua saya, yang  jelas orang tua saya pasti mendaftarkan saya di Perguruan Tinggi Keperawatan dan saya tidak akan tahu apa yang mereka inginkan, dan ternyata mereka menginginkan saya menjadi seorang guru karena di keluarga saya sudah banyak sekali yang mengambil jurusan Kesehatan, dan jurusan yang mereka pilihkan untuk saya adalah Pendidikan Seni Rupa, saya berpikir mungkin orang tua saya tidak bisa menyekolahkan saya di jurusan seni rupa yang bisa dikatakan biaya perkuliahan prakteknya mahal namun orang tua saya tetap mayakinkan saya bahwa mereka mampu dan mengatakan kepada saya bahwa “pasti Allah memberikan jalan”, kata-kata tersebut merupakan salah satu motivasi saya dalam menempuh hidup diperantauan sekarang ini. Dan benar saja, ternyata janji Allah itu memang benar, saya diusulkan untuk mendapatkan beasiswa Bidik Misi di kelas saya. Kembali lagi saya bingung mengenai universitas mana dan jurusan apa yang harus saya daftarkan. Saya sempat berpikir bahwa saya ingin mengambil jurusan Seni Musik, karena saya juga sangat tertarik dan memang memiliki hobby di bidang musik sejak kecil. Namun saya memikirkan keinginan orang tua saya dan dengan mengucap Bismillah saya memutuskan mengambil jurusan Pendidikan Seni Rupa.
Setelah memutuskan mengambil jurusan pendidikan seni rupa, saya kembali dibingungkan lagi dengan universitasnya, guru saya mengusulkan untuk mendaftar di UNM Makassar, namun di sana tidak ada pilihan untuk jurusan seni rupa, kemudian orang tua saya mengusulkan untuk mendaftar di UNY tetapi orang tua angkat saya tidak memberikan ijin karena terlalu jauh untuk saya, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar di Bali yaitu di Universitas Pendidikan Ganesha, walaupun orang tua saya awalnya sempat takut karena Bali terkenal dengan pergaulannya yang bebas tetapi saya mencoba menjelaskan kepada mereka bahwa saya bisa menjaga diri dan mereka juga mencoba memberikan saya kepercayaan yang Insya Allah akan saya jaga sampai nanti saya lulus kuliah. Masalah pendaftaran kuliah sudah selesai dan sekarng tinggal menunggu pengumuman kelulusan UN dan juga kelulusan SNMPTN jalur undangan yang saya ambil.
Pengumuman kelulusan UNpun tiba, dan pada saat itu saya sedang berada di kota Makassar untuk mendaftar di universitas Hasanuddin di jurusan Fishiotherapi, jurusan yang memang saya inginkan, dan mendaftar di UNM makassar di jurusan Seni Rupa juga sambil menunggu pengumuman kelulusan UN dan SNMPTN, dan Alhamdulillah saya dihubungi oleh orang tua angkat serta sahabat-sahabat saya bahwa siswa di SMA saya 100% lulus semua. Pada saat itu perasaan saya sedang tidak karuan, antara senang, sedih dan tegang. Senang karena saya lulus UN dengan nilai yang cukup memuaskan, sedih karena saya harus menunggu pengumuman kelulusan di perantauan dan tidak bisa berbagi rasa haru dan bahagia bersama sahabat-sahabat saya yang masih di Bima, wajar saja karena saya masih remaja dan saat itu saya masih tidak bisa jauh dari sahabat-sahabat saya karene mereka adalah kelurga dan rumah kedua bagi saya, tegang karena saya 1 minggu lagi harus menjalani ujian tulis di Universitas tempat saya mendaftar yaitu UNHAS dan UNM.
Waktu 1 minggu tersebut saya manfaatkan dengan sebaik mungkin utuk belajar. Kebetulan ada salah satu sahabat saya yang mendaftar di Universitas yang sama, dan dia mengikuti les untuk ujian SNMPTN, saya meminta bantuan kepada sahabat saya tersebut untuk mengajarkan hasil lesnya kepada saya dan saya juga maminjam buku-bukunya untuk bahan saya belajar. 3 hari sebelum ujian tulis di UNM, sya ditelpon oleh orang tua angkat saya dan betapa kagetnya saya ketika dia mengatakan bahwa saya lulus SNMPTN yang saya daftar di Bali. Anehnya saya menangis bukan karena terharu tetapi karena saya melihat ibu saya manangis, namun dalam hati kecil saya ada rasa senang dan haru yang tak terbendung. Sayapun langsung sujud syukur dan saya juga melihat Ibu saya melakukan sujud syukur juga. Besoknya saya langsung memesan tiket pesawat untuk kembali ke rumah dan mengurus semua keperluan saya untuk kuliah di Bali.
Pagi sampai di rumah, dan malamnya saya langsung berangat ke Bali. Sekarang saya di temani oleh bapak saya karena ibu saya yang saat itu sedang hamil tua jadi dia tidak mungkin mengantarkan saya ke Bali. Kelurga besar saya mengantarkan saya sampai terminal. Buspun datang dan saya segera meluncur ke Bali. Pendaftaran ulangpun selesai dan sekarang saatnya Bapak saya pulang dan meninggalkan saya di Bali.
Memulai awal baru, hidup sendiri tanpa keluarga dan juga tanpa para sahabat. Akhirnya pertanyaan-pertanyaan yang dulu sempat menghantui saya terjawab sudah, sekarang saya menjalani kehidupan baru saya dengan padatnya perkuliahan seni rupa, dan benar saja bahwa perkuliahan seni rupa yang saya jalani memang penuh dengan tugas-tugas dan juga membutuhkan biaya yang sangat banyak. Namun karena memang saya menyukai dunia seni, semuanya terasa menyenangkan, dan Alhamdulillah saya saat ini menyadari bahwa memang inilah jalan saya, inilah jawaban atas doa-doa dan harapan saya bahwa apapun yang Allah berikan itulah yang terbaik. Dan sayapun menyadari bahwa dunia seni itu adalah jalan spiritual, dengan seni saya merasa lebih dekat dengan Tuhan, dengan seni saya dapat lebih berekspresi  dan mengungkapkan rasa syukur saya terhadap nikmat yang Allah berikan, dengan seni saya dapat lebih menikmati hidup. Sekarang saya menyadari bahwa apa yang kita inginkan itu belum tentu yang terbaik untuk kita, kita harus mencoba bermimpi dan memikirkan apa yang orang lain inginkan untuk masa depan kita, karena kita tidak bisa membangun masa depan itu sendiri, karena Tuhan mengatur segalanya tinggal bagaimana kita mengatur diri sendiri dan menentukan  jalan yang harus kita tempuh. 
Thank You ; )