Kamis, 28 Agustus 2014

TUGAS I (A)

INTERMEDIA (Media Baru Bagi Seni Rupa)

Intermedia. Kata ini mungkin tidak asing bagi mahasiswa di jurusan teknologi. Namun bagi anak seni rupa, kata intermedia merupakan hal baru. Intermedia adalah mata kuliah baru di jurusan seni rupa yang mengajarkan tentang media – media baru yang digunakan dalam kehidupan seni rupa.
Intermedia atau media baru muncul seiring berkembangnya media – media yang digunakan oleh perupa – perupa masa kini. Banyak sekali yang bisa kita temukan kemunculan inovasi dan kreativitas baru yang lahir dari perupa – perupa saat ini, bukan hanya perupa akademis saja namun perupa – perupa tradisi juga tidak mau kalah untuk mengembangkan kesenian yang sudah ada. Contohnya, kita mengetahui bahwa melukis hanya menggunakan media seperti kanvas, cat, kuas dan lain – lain, namun saat ini kita bisa menemukan banyak sekali pelukis yang melakukan jebolan yang bisa dikatakan unik. Seperti melukis menggunakan cahaya, melukis menggunakan pasir, garam, bahkan ada yang melukis di atas air.
Kemunculan media – media baru yang digunakan dalam seni rupa tidak hanya terjadi pada aliran seni rupa modern saja, tetapi juga mempengaruhi seni rupa tradisi dan kontemporer. Seperti yang kita lihat saat ini batik yang kita kenal dan kita tahu bahwa proses pembuatannya yang sangat susah dan memerlukan waktu yang lama, namun akhir – akhir ini juga muncul batik dengan teknik printing. Dari segi ekonomis batik printing memiliki harga yang relatif murah dan lebih terjangkau oleh masyarakat umum. Sisi positifnya dengan kemunculan batik printing, masyarakat umum bisa menggunakan batik sebagai pakaian sehari – hari karena harganya yang lebih terjangkau. Namun dari segi keaslian dan estetika, batik tulis jauh lebih bagus dan lebih berkualitas jika dibandingkan dengan batik printing dan sudah pasti harganyapun lebih mahal.
Di sisi lain tidak bisa kita pungkiri, kemunculan media – media baru terutama pada bidang teknologi juga membawa dampak negati bagi kehidupan seni rupa. Seperti munculnya alat – alat yang bisa menjiplak atau meniru karya seni maestro yang sudah ada. Namun kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan teknologi, karena kembali pada oknum yang melakukan hal tersebut. Namun dengan kemunculan media – media tersebut malah menambah semakin maraknya dunia seni rupa di mana orang – orang akan mulai berfikir dan mencari tahu bagaimana bentuk dan keaslian karya seni.
Selain menambah keberagaman seni rupa, kemunculan media baru juga melatih kita sebagai calon perupa untuk memperhatikan lingkungan sekitar. Dengan memperhatikan lingkungan sekitar kita dapat mempermudah kita berpikir dan melahirkan inovasi – inovasi baru dalam berkarya. Bagi anak muda terutama, saat ini belanja online sedang merajai dunia maya. Dapat kita lihat berbagai produk bisa dijual di sana. Hal ini sangat membantu bagi kita yang benar – benar ingin mengembangkan kreativitas yang kita miliki. Dengan adanya media baru kita dapat mengembangkan karya – karya seni yang sudah ada sebelumnya. Tidak hanya perupa akademis, perupa tradisipun tentu saja bisa mengembangkan karya seni tradisi yang sudah mereka miliki. Kita tidak harus mengubah pola tradisi yang sudah kita miliki, kita hanya perlu memoles dan mengolah pola dan konsep tersebut sehingga menjadi sesuatu yang baru tanpa mengubah nilai yang sudah ada didalamnya. Dengan begitu, kita tidak perlu takut untuk kehilangan kebudayaan dan konsep tradisi yang menjadi icon kita. Banyak perupa tradisi yang takut untuk melihat perkembangan dunia dan bahkan tidak mau menggunakannya karena takut nila yang terkandung dalan karya tersebut akan rusak. Namun sebenarnya pada konsepnya karya apapun yang kita hasilkan tidak pernah melenceng dari karya – karya tradisi yang muncul terlebih dahulu.
Berangkat dari hal yang sederhana saja, kita sebenarnya bisa memanfaatkan benda – benda di sekitar kita sebagai media baru dalam seni rupa. Tidak perlu berpatokan pada seni rupa Barat. Tanpa kita sadari, kita hanya berpatokan saja pada seni rupa Barat. Seperti halnya major art dan minor art, kriya dianggap sebagai minor art di Indonesia karena Indonesia masih berpegang teguh pada pola seni rupa Barat. Padahal potensi seni kriya sangat besar Indonesia karena begitu banyak pembuat seni kriya dan juga potensi alam dan kebudayaan yang mendukung.
Sudah sepatutnya kita sebagai calon perupa untuk melestarikan dan mengembangkan karya – karya seni dan kebudayaan yang kita miliki selama ini. Dengan memanfaatkan intermedia atau media baru, kita bisa mengembangkan pola pikir serta kreativitas yang kita miliki. Tentu saja dengan inovasi baru dan pemikiran – pemikiran baru. 

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar