Intermedia. Kata ini mungkin tidak asing bagi mahasiswa di
jurusan teknologi. Namun bagi anak seni rupa, kata intermedia merupakan hal
baru. Intermedia adalah mata kuliah baru di jurusan seni rupa yang mengajarkan
tentang media – media baru yang digunakan dalam kehidupan seni rupa.
Intermedia atau media baru muncul seiring berkembangnya
media – media yang digunakan oleh perupa – perupa masa kini. Banyak sekali yang
bisa kita temukan kemunculan inovasi dan kreativitas baru yang lahir dari
perupa – perupa saat ini, bukan hanya perupa akademis saja namun perupa –
perupa tradisi juga tidak mau kalah untuk mengembangkan kesenian yang sudah
ada. Contohnya, kita mengetahui bahwa melukis hanya menggunakan media seperti
kanvas, cat, kuas dan lain – lain, namun saat ini kita bisa menemukan banyak
sekali pelukis yang melakukan jebolan yang bisa dikatakan unik. Seperti melukis
menggunakan cahaya, melukis menggunakan pasir, garam, bahkan ada yang melukis
di atas air.
Kemunculan media – media baru yang digunakan dalam seni rupa
tidak hanya terjadi pada aliran seni rupa modern saja, tetapi juga mempengaruhi
seni rupa tradisi dan kontemporer. Seperti yang kita lihat saat ini batik yang
kita kenal dan kita tahu bahwa proses pembuatannya yang sangat susah dan
memerlukan waktu yang lama, namun akhir – akhir ini juga muncul batik dengan
teknik printing. Dari segi ekonomis batik printing memiliki harga yang relatif
murah dan lebih terjangkau oleh masyarakat umum. Sisi positifnya dengan
kemunculan batik printing, masyarakat umum bisa menggunakan batik sebagai
pakaian sehari – hari karena harganya yang lebih terjangkau. Namun dari segi
keaslian dan estetika, batik tulis jauh lebih bagus dan lebih berkualitas jika
dibandingkan dengan batik printing dan sudah pasti harganyapun lebih mahal.
Di sisi lain tidak bisa kita pungkiri, kemunculan media –
media baru terutama pada bidang teknologi juga membawa dampak negati bagi
kehidupan seni rupa. Seperti munculnya alat – alat yang bisa menjiplak atau
meniru karya seni maestro yang sudah ada. Namun kita tidak bisa sepenuhnya
menyalahkan teknologi, karena kembali pada oknum yang melakukan hal tersebut.
Namun dengan kemunculan media – media tersebut malah menambah semakin maraknya
dunia seni rupa di mana orang – orang akan mulai berfikir dan mencari tahu
bagaimana bentuk dan keaslian karya seni.
Selain menambah keberagaman seni rupa, kemunculan media baru
juga melatih kita sebagai calon perupa untuk memperhatikan lingkungan sekitar.
Dengan memperhatikan lingkungan sekitar kita dapat mempermudah kita berpikir
dan melahirkan inovasi – inovasi baru dalam berkarya. Bagi anak muda terutama,
saat ini belanja online sedang merajai dunia maya. Dapat kita lihat berbagai
produk bisa dijual di sana. Hal ini sangat membantu bagi kita yang benar –
benar ingin mengembangkan kreativitas yang kita miliki. Dengan adanya media
baru kita dapat mengembangkan karya – karya seni yang sudah ada sebelumnya.
Tidak hanya perupa akademis, perupa tradisipun tentu saja bisa mengembangkan
karya seni tradisi yang sudah mereka miliki. Kita tidak harus mengubah pola
tradisi yang sudah kita miliki, kita hanya perlu memoles dan mengolah pola dan
konsep tersebut sehingga menjadi sesuatu yang baru tanpa mengubah nilai yang
sudah ada didalamnya. Dengan begitu, kita tidak perlu takut untuk kehilangan
kebudayaan dan konsep tradisi yang menjadi icon kita. Banyak perupa tradisi
yang takut untuk melihat perkembangan dunia dan bahkan tidak mau menggunakannya
karena takut nila yang terkandung dalan karya tersebut akan rusak. Namun
sebenarnya pada konsepnya karya apapun yang kita hasilkan tidak pernah
melenceng dari karya – karya tradisi yang muncul terlebih dahulu.
Berangkat dari hal yang sederhana saja, kita sebenarnya bisa
memanfaatkan benda – benda di sekitar kita sebagai media baru dalam seni rupa.
Tidak perlu berpatokan pada seni rupa Barat. Tanpa kita sadari, kita hanya
berpatokan saja pada seni rupa Barat. Seperti halnya major art dan minor art, kriya
dianggap sebagai minor art di Indonesia karena Indonesia masih berpegang teguh
pada pola seni rupa Barat. Padahal potensi seni kriya sangat besar Indonesia
karena begitu banyak pembuat seni kriya dan juga potensi alam dan kebudayaan
yang mendukung.
Sudah sepatutnya kita sebagai calon perupa untuk
melestarikan dan mengembangkan karya – karya seni dan kebudayaan yang kita
miliki selama ini. Dengan memanfaatkan intermedia atau media baru, kita bisa
mengembangkan pola pikir serta kreativitas yang kita miliki. Tentu saja dengan
inovasi baru dan pemikiran – pemikiran baru.
:)
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar